Kamis, 21 Juni 2012

Belajarlah, Duhai Ukhti Muslimah

Muslimah yang dirahmati Allah, Allah telah memerintahkan kita untuk menuntut ilmu sepanjang hayat. Perintah dalam kaidah fiqh adalah sebuah kewajiban. Bertambahnya umur kita bukan berarti gugurnya sebuah kewajiban, apalagi kewajiban yang satu ini. Sungguh sebuah kesalahan besar bila menganggap belajar bagi seorang wanita terhenti saat dia mulai berumah tangga, “ujung-ujungnya juga ke dapur”, begitu anggapan mereka. 

Belajar adalah kemestian dan keharusan. Bukan hanya manusia, bahkan hewan sekalipun. Lihatlah kucing liar harus belajar memahami gaya hidup manusia jika ingin menjadi hewan kesayangan di rumah. Lihat pula ketekunan anjing untuk terus belajar menyenangkan hati tuannya. Perhatikan pula hewan-hewan lain yang terus berusaha untuk berdiri, berjalan, hingga mencari makan sendiri. Apalagi seorang manusia yang telah diberi amanah oleh Allah dengan akalnya yang mengagumkan. Bukankah ayat yang pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad saw adalah perintah untuk membaca. Membaca adalah belajar, menuntut ilmu. 

Sungguh mengagumkan perintah Allah ini, perintah yang sangat agung hingga Dia mengulanginya sampai tiga kali. Ada pepatah mengatakan, di balik seorang yang besar ada seorang wanita yang agung pula. Ini menjadi rahasia seorang bunda jika ingin kelak tersenyum saat melihat buah hatinya menjadi “orang”. Ya, benar bunda, jika kita ingin buah hati kita menjadi anak-anak yang hebat, bukankah seharusnya kita mulai dari diri kita dahulu??!! Bersenjatakan ilmu, menggenggam dunia dengan ilmu, menjadi tugas kita untuk sukses mendidik buah hati. Caranya?? Tak begitu sulit jika kita pandai memanage waktu belajar kita. Mulakan dengan membesarkan makna belajar, jangan malah mengecilkan makna belajar. 

Belajar bukan hanya duduk di bangku di dalam kelas atau memegang buku dan pena. Jika seperti ini, maka 24 jam waktu yang kita punya sepenuhnya bisa menjadi waktu belajar, dikurangi waktu tidur. Ketika makna belajar kita perluas, maka ketika kita menonton, kita hanya akan menonton acara yang menambah wawasan kita, bukan sebaliknya. Jika kita mendengar lagu bahasa asing, kita akan menggunakannya untuk sarana belajar, bukan hanya hiburan semata. Jika kita membuka internet, perpustakaan terluas yang tak terbatas, kita akan memanfaatkan berjuta ilmu di dalamnya tanpa halangan apapun, bukan malah sebaliknya. Belajarlah dari alam, dari jalan, dari teman, dari anak kecil, orang tua, bahkan dari hewan sekalipun. Selalu biasakan diri membaca. Biasakan memiliki target berapa lembar yang akan kita baca setiap hari. Kebiasaan membaca sangat baik untuk meremajakan kemampuan berfikir kita. Karena otak seperti pisau, semakin diasah akan semakin terasah. 

Namun sebaliknya, jika dibiarkan akan tumpul, hingga akhirnya tak bisa diajak berfikir. Ia memperkaya perbendaharaan kata kita, pengetahuan serta ilmu kita. Ia adalah jendela dunia. Ingin mengetahui dunia?? Buka dulu jendelanya. Menulis inti dari bacaan yang telah kita baca juga sebuah metode pembelajaran yang sangat efektif. Atau bisa juga dimulai dengan menulis isi hati. Jangan salah sangka menulis harus didahului dengan bakat. Bukankah sehari-hari kita juga menulis?? Sms, surat,atau bahkan surat cinta untuk suami, catatan belanja, atau malah hutang mungkin. 

Ini semua adalah awal yang baik untuk mengembangkannya menjadi bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain. Ia melatih otak kiri kita untuk mampu menyusun ide dengan baik, juga melatih bahasa dan gaya penyampaian kita. Dengan menulis, kita menuangkan ide, gagasan, isi hati kita melalui bahasa tulisan sehingga dapat dibaca dan difahami orang lain. Kita juga bisa mentransfer pengetahuan dan hasil pembelajaran kita kepada orang lain sehingga bukan hanya kita saja yang dapat merasakan manfaatnya. Kita juga dapat meluapkan amarah dan kekecewaan dengan tulisan, sehingga kemarahan itu tak hanya tersalur dengan cara halus namun mampu menenangkan hati serta menjaga kebersihan jiwa. 

Berdiskusi, mencoba memecahkan masalah bersama teman dengan akal dingin juga merupakan metode pembelajaran yang sangat baik. Ia mengajari kita bagaimana menghargai ide, saran dan kritik orang lain. Diskusi juga dapat memperkaya pengetahuan kita, karena pengalaman setiap orang berbeda-beda. Dengan berdiskusi kita dapat saling berbagi pengalaman, saran, serta pendapat masing-masing. Muslimah, kewanitaan kita tidak seharusnya menghalangi kita untuk terus maju, menghasilkan karya sebagai kontribusi kita terhadap Izzul Islam wal muslimin. 

Sejarah banyak ditorehkan dengan tinta emas perjuangan wanita-wanitanya. Ada wanita-wanita anshar yang tak pernah malu bertanya pada Rosul mulia, demi sebuah ilmu. Ada Sayyidah Aisyah Ummul Mukminin ra, yang menghadiahkan hidupnya untuk ilmu, menghafalnya dari suami tercinta untuk kemudian menyampaikannya pada para sahabat yang banyak menimba ilmu dari beliau sepeninggal Rasulullah. Ada Ummu Rabi’ah Ar-Ro’yi, yang senantiasa mendorong anaknya untuk selalu rakus terhadap ilmu hingga menjadi ulama’ besar Madinah di usianya yang sangat muda. 

Benar ukhti muslimah, mereka adalah wanita-wanita agung, dari tangan mereka terlahir manusia-manusia agung pula. Masih banyak ummu-ummu lain yang membaktikan dirinya untuk ilmu demi masa depan anak-anaknya. Termasukkah kita di dalamnya?? Ukhti, jadikan setiap waktu dan gerakan kita adalah belajar. Jangan biarkan kekecewaan menghiasi hidup kita saat kesempatan untuk belajar itu menjauh tanpa dapat kita raih kembali. Saat kita berkata “seandainya… seandainya dulu aku begini dan begitu…”. Jangan pernah berhenti belajar selama umur masih berpihak pada kita. “Fa idzaa faroghta fanshob…”. Jika telah selesai dari satu urusan, maka kerjakan urusan yang lain. Usahakan kita untuk selalu bergerak. Bahkan semakin kita cepat bergerak, semakin besar kemungkinan kita melakukan hal yang besar untuk diri dan umat serta Islam. Karena semua orang sukses bergerak dengan cepat. Wallahu ‘alam bisshawab 

 Semoga Allah memberikan kita semangat untuk terus belajar.. Selamat belajar…

6 komentar: